Posts

Showing posts from May, 2025

Tuli dan Bisu

Aku tuli dan aku bisu Kalimatku kosong, hidupku hening. Tuli oleh kata, juga bisu oleh kata. Oleh sepucuk manusia yang berbicara. Tanganku menulis, mataku melihat. Hanya kalbuku yang berucap. Ungkapan bait-bait tertulis, Tanpa dihakimi oleh helaian kertas.

Bebas

Manusia melangkah bebas di dalam hutan, Membuat burung tersungkur ke dalam sangkar. Burung terbang tak terikat, Manusia berbaring menahan lapar. Pelaut berlayar bebas, Tanpa arah yang tak ia sangka. Seorang manusia dari ikatan yang terlepas, Berujung perjalanan tanpa kerangka.

Tirai Drama

Pemain merenung diri, Di balik tirai Drama merah. Penonton menunggu Denga tenang, Di depan panggung kehidupan. Tirai terbuka dari segala sisi, Pemain menapak panggung dengan tari, Penonton tanpa pandang, berekspektasi. Pemain tanpa kenal, unjuk diri. Sorak kecewa tersembur ruah, Kepada pemain, tak tarian. Melayarkan pemain meraungi lautan salah, Tanpa terdengar riuh tepuk tangan.

Kapan dan Apa

Kapan belenggu ini lepas? Sampai kapan mulutku terjahit? Kapan mataku bisa terbuka? Kapan hatiku bisa berteriak? Sejak kapan semuanya berubah? Kapan rasanya kebenaran menjadi kebenaran? Tanpa kumpulan nada kosong yang ramai Tanpa kepercayaan palsu yang terasa benar. Apa keseimbangan yang dunia mau? Apakah kesempurnaan palsu pemakan pikiran? Apakah harmonia di balik hierarki ekstrim? Atau apakah kedamaian otoritas dengan tirai penutup?

Terbunuh

Aku terbunuh, lalu hidup kembali, Hanya untuk mati kedua kalinya. Dari arah yang berbeda, Lalu hidup kembali, hanya untuk mati lagi.

Salam

Salam, tubuh dari segumpal darah, Namun, apakah kamu tahu itu? Salam, tubuh yang suci, Namun, apakah itu pasti? Salam padamu, hai pencinta dosa. Yang mencari nyaman dengan hitam, Dilema trauma yang pura-pura, Juga lupa dengan norma. Salam padamu, hai pencari cahaya, Yang mencari hidup di abu-abu, Antara Allah dan Iblis, Tarikan surga atau neraka. Salam padamu, hai manusia, Ciptaan spesialnya Tuhan, Malaikat baik, Iblis jahat, Namun kamu, bisa memilih salah satu. Salam pada semuanya, Dari pencinta dosa hingga pencari cahaya, Tempuh jalan yang dipilih, Hanya Allah yang tahu akhirnya.

Gila

Entahlah. Rasanya aku bingung. Aku telah terbunuh pada Krono kuno, namun aku dihidupkan kembali hanya untuk mati lalu hidup lagi. Terkadang aku malah menginjak jebakan yang sama dengan harapan kali ini yang muncul adalah kejutan ulang tahun, bukan "akhir tahun". Kupikir aku gila, aku jatuh cinta dengan goresan arang dan coretan tinta, aku berlari ke kertas, mengakuinya sebagai pendengar, walaupun ia sendiri tidak bisa mendengar. Pelarian, ini pelarian, pelarian dari penjara, sejauh mana pun aku berlari, aku pasti dihantui rasa kembali ke penjara itu ketika aku "tertangkap". Aku gila, aku hanya seorang gila yang jauh dari realita, dan lebih menyiksa ketika aku menyadari itu. Ada apa aku? Aku? Pengantar surat gaib, lidah metafisika milikku, hanya membenci dan menyukai satu hal yg sama sekaligus, yaitu Harmoni antara kematian dan harapan.

Puisi

Betapa indahnya kehidupan, Bagai puisi tanpa judul, Dengan bait-bait berisikan mutiara, Dibaca dengan nada tulus dan tenang. Dengan puisi indah, juga ada puisi sedih. Dengan nada melankolis yang menggema ruang sepi, Lambang hati tanpa isi, Juga penderitaan tanpa saksi.

Untukmu

Untukmu, diriku. Aku membencimu seperti diri benci kejahatan. Untukmu, diriku. Aku mencintaimu seperti malam cinta bintangnya. Untukmu, diriku. Aku sudah mati, namun jangan kuburkan aku. Untukmu, diriku. Aku harap aku bisa mengerti maumu. Untukmu, diriku. Kau buruk seperti rupa tak berwajah yang buat tangis. Untukmu, diriku. Kau indah seperti kelopak bunga yang buat takjub. Untukmu, diriku. Tinggalkanlah aku. Untukmu, diriku. Jangan pergi dariku.