Aku tuli dan aku bisu Kalimatku kosong, hidupku hening. Tuli oleh kata, juga bisu oleh kata. Oleh sepucuk manusia yang berbicara. Tanganku menulis, mataku melihat. Hanya kalbuku yang berucap. Ungkapan bait-bait tertulis, Tanpa dihakimi oleh helaian kertas.
Kapan belenggu ini lepas? Sampai kapan mulutku terjahit? Kapan mataku bisa terbuka? Kapan hatiku bisa berteriak? Sejak kapan semuanya berubah? Kapan rasanya kebenaran menjadi kebenaran? Tanpa kumpulan nada kosong yang ramai Tanpa kepercayaan palsu yang terasa benar. Apa keseimbangan yang dunia mau? Apakah kesempurnaan palsu pemakan pikiran? Apakah harmonia di balik hierarki ekstrim? Atau apakah kedamaian otoritas dengan tirai penutup?
Entahlah. Rasanya aku bingung. Aku telah terbunuh pada Krono kuno, namun aku dihidupkan kembali hanya untuk mati lalu hidup lagi. Terkadang aku malah menginjak jebakan yang sama dengan harapan kali ini yang muncul adalah kejutan ulang tahun, bukan "akhir tahun". Kupikir aku gila, aku jatuh cinta dengan goresan arang dan coretan tinta, aku berlari ke kertas, mengakuinya sebagai pendengar, walaupun ia sendiri tidak bisa mendengar. Pelarian, ini pelarian, pelarian dari penjara, sejauh mana pun aku berlari, aku pasti dihantui rasa kembali ke penjara itu ketika aku "tertangkap". Aku gila, aku hanya seorang gila yang jauh dari realita, dan lebih menyiksa ketika aku menyadari itu. Ada apa aku? Aku? Pengantar surat gaib, lidah metafisika milikku, hanya membenci dan menyukai satu hal yg sama sekaligus, yaitu Harmoni antara kematian dan harapan.
Comments
Post a Comment